IDFL - Otoritas Arab Saudi menyatakan berhasil menggagalkan serangan dari kelompok pemberontak Houthi yang memicu kebakaran di dekat pusat distribusi minyak Aramco, dekat perbatasan Yaman. Serangan itu melibatkan sejumlah kapal tanpa awak yang bermuatan peledak dan dikirim ke Laut Merah.

Seperti dilansir Associated Press, Jumat (13/11/2020), seorang pejabat Kementerian Energi Saudi, yang tidak disebut namanya, seperti dikutip Saudi Press Agency (SPA) menuturkan bahwa pasukan keamanan Saudi telah mencegat dan menghancurkan dua kapal bermuatan peledak.

Kedua kapal yang membawa peledak itu disebut digunakan oleh pemberontak Houthi untuk menyerang sebuah kilang minyak besar dan terminalnya di Provinsi Jizan, Saudi bagian selatan.

Upaya serangan itu dilaporkan terjadi pada Rabu (11/11) tengah malam waktu setempat, di dekat anjungan bongkar muat dan memicu kebakaran pada selang apung yang digunakan untuk menyedot minyak. Menurut pejabat Kementerian Energi itu, kebakaran berhasil dikendalikan dan tidak memicu korban luka.

Pejabat Kementerian Energi Saudi itu mengecam keras serangan yang disebutnya mengancam rute pelayaran komersial di dekat Selat Bab al-Mandeb yang vital untuk pengiriman minyak dari Teluk ke kawasan Eropa, serta pengiriman barang dari Asia ke Eropa.

Belum ada klaim dari pemberontak Houthi terkait rencana serangan tersebut.

Diketahui bahwa pemberontak Houthi yang menguasai wilayah-wilayah strategis Yaman, berulang kali melancarkan serangan drone dan rudal yang menargetkan instalasi minyak, bandara dan kota-kota di wilayah Saudi. Serangan semacam ini marak selama 5 tahun konflik Yemen berlangsung dan Saudi mengerahkan operasi militer melawan Houthi di sana.

Pada September 2019, serangan drone yang diklaim Houthi mengenai dua instalasi minyak penting di Saudi. Akibat serangan itu, separuh pasokan minyak dari negara pengekspor minyak terbesar dunia ini, terhenti sementara. Saudi dan Amerika Serikat (AS) menuduh Iran di balik serangan itu. Iran telah membantahnya.

Saudi kerap mengklaim menggagalkan serangan lintas perbatasan dari Houthi, namun tanpa bukti yang jelas sehingga sulit untuk memverifikasi klaim itu secara independen.

Houthi yang dianggap sebagai proxy Iran oleh Saudi, menyerbu dan menguasai ibu kota Sanaa dan sebagian besar wilayah Yaman bagian utara sejak tahun 2014. Hal itu membuat pemerintah Yaman yang diakui secara internasional, mengasingkan diri. Tahun 2015, Saudi bersama sekutunya melancarkan operasi militer terhadap Houthi.

Lebih dari 100 ribu orang tewas, dengan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyebut konflik Yaman memicu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Sumber: Detik.