[JUSTIFY]Juventus didirikan dengan nama Sport Club Juventus pada pertengahan tahun 1897 oleh siswa-siswa dari sekolah Massimo D'Azeglio Lyceum di daerah Liceo DAzeglio, Turin. Awal mula dibentuknya klub ini adalah sebagai pelampiasan dari anak-anak yang saling berteman dan menghabiskan waktu untuk jalan-jalan bersama dan bersenang-senang serta melakukan berbagai hal positif. Usia anak-anak tersebut rata-rata 15 tahunan, yang tertua berumur 17 dan lainnya di bawah 15 tahun. Setelah itu, hal yang mungkin tidak jadi masalah sekarang ini tapi merupakan hal yang terberat bagi pemuda-pemuda tersebut saat itu adalah mencari markas baru. Salah satu pendiri Juventus, Enrico Canfari dan teman-temannya kemudian memutuskan untuk mencari sebuah lokasi dan akhirnya mereka menemukan salah satu tempat yaitu sebuah bangunan yang memiliki halaman yang dikelilingi tembok, mempunyai 4 ruangan, sebuah kanopi dan juga loteng dan keran air minum. Selanjutnya, Canfari menceritakan tentang bagaimana terpilihnya nama klub, segera setelah mereka menemukan markas baru. Akhirnya, tibalah pertemuan untuk menentukan nama klub dimana terjadi perdebatan sengit di antara mereka. Di satu sisi, pembenci nama latin, di sisi lain penyuka nama klasik dan sisanya netral. Lalu, diputuskanlah tiga nama untuk dipilih; "Societa Via Port", "Societa sportive Massimo DAzeglio", dan "Sport Club Juventus". Nama terakhir belakangan dipilih tanpa banyak keberatan dan akhirnya resmilah nama klub mereka menjadi "Sport Club Juventus", tetapi kemudian berubah nama menjadi Foot-Ball Club Juventus dua tahun kemudian.Klub ini lantas bergabung dengan Kejuaraan Sepak Bola Italia pada tahun 1900. Dalam periode itu, tim ini menggunakan pakaian warna pink dan celana hitam. Juve memenangi gelar Seri-A perdananya pada 1905, ketika mereka bermain di Stadio Motovelodromo Umberto I. Di sana klub ini berubah warna pakaian menjadi hitam putih, terinspirasi dari klub Inggris Notts County.
Pada 1906, beberapa pemain Juve secara mendadak menginginkan agar Juve keluar dari Turin.Presiden Juve saat itu, Alfredo **** kesal dan ia memutuskan hengkang untuk kemudian membentuk tim tandingan bernama FBC Torino yang kemudian menjadikan Juve vs. Torino sebagai Derby della Mole. Juventus sendiri ternyata tetap eksis walaupun ada perpecahan, bahkan bisa bertahan seusai Perang Dunia I.
Raja Italia
Pemilik FIAT, Edoardo Agnelli mengambil alih kendali Juventus pada 1923, dimana kemudian ia membangun stadion baru.Hal ini memberikan semangat baru untuk Juventus, dimana pada musim 1925-26, mereka berhasil menjadi scudetto dengan mengalahkan Alba Roma dengan agregat 12-1. Pada era 1930-an, klub ini menjadi klub super di Italia dengan memenangi gelar lima kali berturut-turut dari 1930 sampai 1935, dibawah asuhan pelatih Carlo Carcano, dan beberapa pemain bintang seperti Raimundo Orsi, Luigi Bertolini, Giovanni Ferrari dan Luis Monti.
Juventus kemudian pindah kandang ke Stadio Comunale, tetapi di akhir 1930-an dan di awal 1940-an mereka gagal merajai Italia. Bahkan mereka harus mengakui tim sekota mereka, A.C. Torino. Secercah prestasi kemudian muncul di musim 1937-38 saat Juve menjuarai Piala Italia pertama mereka setelah di final mengalahkan klub sekota mereka, Torino.
Setelah berada di posisi 6 pada musim 1940-41, Juve lantas merebut Piala Italia kedua mereka di musim berikutnya. Di periode ini, Italia ikut Perang Dunia II dan ini membuat jalannya Liga menjadi terhambat. Sepakbola Italia kemudian memutuskan untuk terus berlangsung saat masa perang berjalan. Pada 1944, Juve ikut serta dalam sebuah turnamen lokal, yang akhirnya urung diselesaikan. Pada 14 Oktober, Liga kembali bergulir dan ditandai dengan derby Torino vs. Juventus. Torino yang saat itu mendapat sebutan "Grande Torino" kalah 2-1 dari Juventus. Namun di akhir musim justru Torino berhasil juara. Pada jeda musim panas, sebuah peristiwa penting terjadi di Juve pada 22 Juli 1945, Gianni Agnelli mengambil alih posisi presiden klub, meneruskan tradisi keluarga Agnelli. Dalam kepempinannya, Agnelli mendatangkan Giampiero Boniperti dalam jajaran staffnya. Ditambah amunisi baru seperti Muccinelli dan striker asal Denmark John Hansen. Setelah Perang Dunia II usai Juve berhasil menambah dua gelar Seri-A pada 194950 dan 195152, dibawah kepelatihan orang Inggris, Jesse Carver.
Gianni Agnelli lantas meninggalkan klub pada 18 September 1954. Tahun ini periode gelap Juve dimulai dengan hanya mampu finish di posisi 7. Musim berikutnya, di bawah arahan manajer Puppo yang mengandalkan skuat muda Juve mulai mencoba bangkit. Setelah serangkaian kekalahan karena skuat yang belum matang, pada November 1956 kabar baik berembus dengan masuknya Umberto Agnelli sebagai komisioner klub. skuat menjadi kuat dengan kedatangan beberapa pemain hebat seperti Omar Sivori dan pemuda Wales bernama John Charles yang menemani para punggawa lama seperti Giampiero Boniperti. Musim 1957-58, Juve kembali berjaya di Seri-A, dan menjadi klub Italia pertama yang mendapatkan bintang kehormatan karena telah memenangi 10 gelar Liga Seri-A. Di musim yang sama, Omar Sivori terpilih menjadi pemain Juventus pertama yang memenangi gelar Pemain Terbaik Eropa. Juve juga berhasil memenangi Coppa Italia setelah mengalahkan ACF Fiorentina di final. Boniperti pensiun di 1961 sebagai top skorer terbaik Juventus sepanjang masa dengan 182 gol di semua kompetisi yang ia ikuti bersama Juventus.
Di era 1960-an, Juve hanya sekali memenangi Seri-A yaitu di musim 196667. Tetapi pada era 1970-an, Juve kembali menemukan jatidirinya sebagai klub terbaik Italia. Di bawah arahan Cestmνr Vycpαlek, Juve berusaha bangkit di musim 1971-72. Di paruh pertama musim, Juve belum stabil dalam permainan dan di paruh kedua mereka berhasil kembali ke performa terbaik terutama saat mencapai final Fairs Cup (cikal bakal Piala UEFA) namun kalah dari Leeds United. Di pekan ke-4 liga, Juve kemudian berhasil mengalahkan AC Milan 4-1 di San Siro ditandai permainan apik Bettega dan Causio. Namun beberapa saat kemudian, Bettega harus istirahat karena sakit dan posisi pertama klasemen milik Juve menjadi terancam. Untungnya mereka berhasil konsisten dan merebut scudetto ke-14 mereka. Selanjutnya di musim 1972-73 Juve kedatangan Dino Zoff dan Jose Altafini dari Napoli. Di musim ini, Juve dihadapkan pada jadwal di Seri-A dan kompetisi Eropa. Setelah berjuang sampai menit akhir, Juve berhasil menyalip AC Milan, yang secara mengejutkan kalah dipertandingan terakhir mereka, dan merebut scudetto ke-15. Juve juga bahkan berhasil masuk final Piala Champions musim tersebut, namun di mereka kalah dari Ajax Amsterdam yang dimotori oleh Johan Crujff. Selanjutnya mereka berhasil menambah tiga gelar lagi bersama defender Gaetano Scirea di musim 1974-75, 197677 dan 197778. Dan dengan masuknya pelatih hebat bernama Giovanni Trapattoni, Juve berhasil memperpanjang dominasi mereka di era 1980-an.
Merajai Eropa
Era tangan dingin Trapattoni benar-benar membuat Seri-A porak poranda di 1980-an. Juve sangat perkasa di era tersebut, dengan gelar Seri-A empat kali di era tersebut. Setelah 6 pemainnya ikut andil dalam timnas Italia yang menjuarai Piala Dunia 1982 dengan Paolo Rossi sebagai salah satu pemain Juve kemudian terpilih menjadi Pemain Terbaik Eropa pada 1982, sesaat setelah berlangsungnya Piala Dunia di tahun tersebut.ditambah dengan kedatangan bintang Prancis Michel Platini, Juventus kembali difavoritkan di musim 1982-83. Namun Juventus yang juga disibukkan dengan jadwal kejuaraan Eropa memulai kompetisi dengan lambat. Hal itu ditunjukkan dengan menelan kekalahan dari Sampdoria di pertandingan pembuka musim serta menang dengan tidak meyakinkan atas Fiorentina dan Torino. Sementara di Eropa, mereka berhasil menyingkirkan Hvidovre (Denmark) dan Standard Liege (Belgia) di penyisihan. Akan tetapi, Juventus kembali ke trek juara di musim dingin bersamaan keberhasilan mereka menembus perempat final Liga Champions. Selanjutnya, kemenangan atas Roma melalui 2 gol dari Platini dan Brio membuat jarak keduanya berselisih 3 poin dengan Roma di posisi puncak. Namun, karena konsentrasi Juve terpecah antara Serie A dan Liga Champions akhirnya tidak berhasil mengejar AS Roma yang menjadi juara. Juventus seharusnya bisa menumpahkan kekecewaannya di Liga saat mereka bertemu Hamburg di final Liga Champions tapi hal itu tidak terjadi. Berada di posisi kedua di kompetisi domestic dan Eropa, Juventus akhirnya berhasil merebut gelar penghibur saat menjuarai Piala Italia dan Piala Interkontinental.
Musim panas 1983, Juve kehilangan dua pilar inti mereka. Dino Zoff gantung sepatu di usia 41 tahun sedangkan Bettega beralih ke Kanada untuk mengakhiri karirnya di sana. Juve lantas merekrut kiper baru dari Avellino: Stefano Tacconi dan Beniamino Vinola dari klub yang sama. Sementara Nico Penzo menjadi pendampong Rossi di lini depan. Juve pada saat itu berkonsentrasi penuh di dua kompetisi, Liga dan Piala Winner. Hasilnya, melalui penampilan yang konsisten sepanjang musim, Juve merengkuh gelar liga satu minggu sebelum kompetisi usai. Dan gelar ini ditambah gelar lainnya di Piala Winner saat mereka mengalahkan Porto 2-1 di Basel pada 16 Mei 1984. Dua gelar ini sangat bersejarah dan merupakan prestasi bagi kapten klub Scirea dan kawan-kawan.
Setelah era keemasan Rossi usai, Michel Platini kemudian secara mengejutkan berhasil menjadi pemain terbaik Eropa tiga kali berturut-turut; 1983, 1984 dan 1985, dimana sampai saat ini belum ada pemain yang bisa menyamai dirinya. Juventus menjadi satu-satunya klub yang mampu mengantarkan pemainnya menjadi pemain terbaik Eropa sebanyak empat tahun berurutan. Platini juga menjadi bintang saat Juve berhasil menjadi juara Liga Champions Eropa pada 1985 dengan sumbangan satu gol semata wayangnya. Tragisnya, final melawan Liverpool FC dari Inggris tersebut yang berlangsung di Stadion Heysel Belgia, harus dibayar mahal dengan kematian 39 tifoso Juventus akibat terlibat kerusuhan dengan para hooligans dari Liverpool. Sebagai hukuman, tim-tim Inggris dilarang mengikuti semua kejuaraan Eropa selama lima tahun.Juventus kemudian merebut scudetto terakhir mereka di era 1980-an pada musim 1985-86, yang juga menjadi tahun terakhir Trappatoni di Juventus. Memasuki akhir 1980-an, Juve gagal menunjukkan performa terbaiknya, mereka harus mengakui keunggulan Napoli dengan bintang Diego Maradona, dan kebangkitan dua tim kota Milan, AC Milan dan Inter Milan. Pada 1990, Juve pindah kandang ke Stadio delle Alpi, yang dibangun untuk persiapan Piala Dunia 1990.
Era Marcello Lippi
Marcello Lippi mengambil alih posisi manajer Juventus pada awal musim 1994-95.Ia lantas mengantarkan Juventus memenangi Seri-A untuk pertama kalinya sejak pertengahan 1980-an di musim 1994-95. Pemain bintang yang ia asuh saat itu adalah Ciro Ferrara, Roberto Baggio, Gianluca Vialli dan pemain muda berbakat bernama Alessandro Del Piero. Lippi memimpin Juventus untuk memenangi Liga Champions Eropa pada musim itu juga, dengan mengalahkan Ajax Amsterdam melalui adu penalti, setelah skor imbang 1-1 pada babak normal, dimana Fabrizio Ravanelli menyumbangkan satu gol untuk Juve.
Sesaat setelah bangkit kembali, para pemain Juventus yang biasa-biasa saja saat itu secara mengagumkan bisa mengembangkan diri mereka menjadi pemain-pemain bintang. Mereka adalah Zinedine Zidane, Filippo Inzaghi dan Edgar Davids. Juve kembali memenangi Seri-A musim 199697 dan 199798, termasuk juga Piala Super Eropa 1996 dan Piala Interkontinental 1996.Juventus juga mencapai final Liga Champions di musim 1997 dan 1998, tetapi mereka kalah oleh Borussia Dortmund (Jerman) dan Real Madrid (Spanyol)
Setelah dua musim absen karena dikontrak oleh Inter Milan (dan gagal), Marcello Lippi kembali ke Juventus di awal 2001. Pria penyuka cerutu ini lantas membawa beberapa pemain biasa, yang kembali ia berhasil sulap menjadi pemain hebat, di antaranya Gianluigi Buffon, David Trιzιguet, Pavel Nedved dan Lilian Thuram, dimana para pemain tersebut membantu Juve kembali memenangi dua gelar Seri-A di musim 2001-02 dan 2002-03. Juve juga berhasil maju kembali ke final Liga Champions, sayangnya mereka kalah oleh sesama tim Italia lain, AC Milan. Tahun berikutnya, Lippi diangkat menjadi manajer timnas Italia setelah bersaing ketat dengan Fabio Capello, dan mengakhiri eranya sebagai pelatih terbaik Juventus di era 1990-an dan awal 2000-an.
Saat ini ( New Hope )
Mantan pemain Juventus era 1970-an, Fabio Capello diangkat menjadi pelatih Juve pada 2004. Ia membawa timnya menjuarai dua musim Seri-A di musim 2004-05 dan 2005-06. Sayangnya, di Mei 2006 Juve diduga menjadi salah satu klub Seri-A yang terlibat skandal pengaturan skor bersama AC Milan, AS Roma, SS Lazio, dan ACF Fiorentina. Juve terkena sanksi berat, dimana mereka terpaksa di degradasi ke seri-B untuk pertama kali dalam sejarah. Dua gelar yang dibawa Capello juga harus direlakan untuk dicabut.
Dibawah manajer muda Perancis, Didier Deschamps dan para pemain setia seperti Gianluigi Buffon dan Pavel Nedved, Juve menjadi tim super di Seri-B dan dengan hasil sebagai juara seri-B untuk pertama kalinya, Juve kembali ke Seri-A pada musim 2007-08. Claudio Ranieri diangkat menjadi pelatih Juve setelah Deschamps berseteru soal bayaran gaji. Sayangnya usia Ranieri juga tidak berlangsung lama setelah ia gagal membawa Juve juara di musim 2008-09. Mantan pemain Juve lain, Ciro Ferrara mulai bertugas menangani Juve di dua pertandingan akhir musim 2008-09 dan melanjutkan posisinya untuk musim 2009-10.Namun Ferrara pun tidak bisa bertahan lama, karena di bulan Januari 2010 ia gagal membawa Juve berprestasi lebih baik setelah kandas di babak penyisihan grup Liga Champions. Ia pun akhirnya digantikan oleh Alberto Zaccheroni. Zaccheroni menangangi Juventus sampai akhir musim 2009-10 dan kemudian ia digantikan oleh Luigi Del Neri untuk musim 2010-11. Namun setelah serentetan hasil buruk di paruh musim kedua, manajemen Juventus akhirnya memutuskan untuk memecat Del Neri tidak lama setelah musim berakhir, dan ia digantikan oleh mantan bintang Juventus di era 1990-an, Antonio Conte.
Dan sekarang dipimpin oleh MAX Allegri, masih mendambakan UCL trophy, semoga terwujud.
Juara (2 kali):1985, 1996.Juara kedua (1 kali):1973.
Juventus Arena
Setelah dua musim perdana mereka (1897 dan 1898), dimana Juve bermain di Parco del Valentino dan Parco Cittadella, pertandingan-pertandingan selanjutnya di gelar di Piazza d'Armi Stadium sampai 1908, kecuali di 1905 saat nama Scudetto diperkenalkan untuk pertama kali, dan di 1906, dimana Juve bermain di Corso Re Umberto.
Dari 1909 sampai 1922, Juve bermain di Corso Sebastopoli Camp, dan selanjutnya mereka pindah ke Corso Marsiglia Camp dimana mereka bertahan sampai 1933, dan memenangi empat gelar liga. Di akhir 1933 mereka bermain di Stadion Mussolini yang disiapkan untuk Piala Dunia 1934. Setelah PDII, stadion tersebut berganti nama menjadi Stadion Comunale Vittorio Pozzo. Juventus memainkan pertandingan kandangnya di sana selama 57 tahun dengan total pertandingan sebanyak 890 kali. Sampai akhir Juli 2003 tempat tersebut masih dipakai sebagai sempat latihan Juve yang resmi.
Dari tahun 1990 sampai akhir musim 2005-06, Juve menggunakan Stadion Delle Alpi, sebagai kandang mereka yang aslinya dibangun untuk Piala Dunia 1990, sesekali Juve juga menggunakan stadion lain seperti Renzo Barbera di Palermo, Dino Manuzzi di Cesena dan San Siro di Milan.
Agustus 2006 Juve kembali bermain di Stadion Comunale, yang sekarang dikenal dengan nama Stadion Olimpiade, setelah Stadion Delle Alpi dipakai dan kemudian direnovasi untuk Olimpiade Musim Dingin Turin 2006.
Pada November 2008 Juventus mengumumkan bahwa mereka akan menginvestasikan dana sebesar 100 juta untuk membangun stadion baru di bekas lahan Stadion Delle Alpi. Berbeda dengan Delle Alpi, stadion baru Juve ini tidak menyertakan lintasan lari, dan jarak antara penonton dengan lapangan hanya 8,5 meter saja, mirip dengan mayoritas stadion di Inggris, dimana kapasitasnya diperkirakan akan berisi 41.000 kursi. Pekerjaan ini dimulai pada musim semi 2009, dan mulai awal musim 2011-12 stadion tersebut kemudian dipakai untuk mengarungi musim dan sejarah baru Juventus.
Special Tag for Executive Member Juventini@IDFL >>><<< Credit to : om jamil12 - Custom Tag Designer
Bagi para Juventini@IDFL yang ingin memakai Tag Silahkan Mendaftar di Executive MEMBER IDFL INI.
Dan konfirmasi ke Kami kalau sudah mendaftar Executive IDFL agar berganti Tag seperti Diatas.
Bagi para Juventini yang mau namanya masuk ke list member Juventini@IDFL
silahkan posting berita ato minimal komen
nanti kami selaku Juventini@IDFL akan konfirmasi ke anda melalui VM atau Thread ini.
Forza Juve
Black and white is my blood and
"True Man Never Leaves his Lady"
Siapapun berhak mengkoreksi dan menambah informasi tentang juventus yang tertera di atas,
informasi akan selalu Juventini@IDFL update dari berbagai sumber, yang mau komen silahkan
asal sesuai dengan topik pembicaraan yakni Juventus F.C
Untuk memperindah Thread Kita tercinta ini berikut Rules yang harus di patuhi siapa saja Di thread ini dalam Posting berita.
1. Usahakan Ada Sumber Berita yang bersangkutan.
2. Usahakan Ada Gambar yang Berhubungan dengan Berita tersebut.
3. Usahakan Berita yang Berbahasa Asing di Translate dulu Ke Bahasa Indonesia atau Minimal ada Review sendiri.
4. Berita yang di Post harus berhubungan dengan Juventus.
5. Silahkan dan Diharapkan ikut berdiskusi atau membahas apapun tentang Juventus.
6. Please NO JUNK & NO FLAME!!!
Nb: Rules bisa berubah kapanpun jika itu diperlukan untuk Thread Juventus FC.
Berita Transfer - Matthijs De Ligt Ke Juventus, Persaingan Serie A Usai
Juventus diberitakan makin dekat mendapat bek muda De Ligt, yang juga menjadi incaran Barca dan PSG.
Mantan pelatih Juventus Fabio Capello percaya persaingan gelar Serie A akan berakhir jika I Bianconeri menuntaskan perekrutan Matthijs de Ligt.
Sebagaimana dilaporkan Goal pada Sabtu, Juve siap menggelontorkan mahar €70 juta demi mengalahkan Barcelona dan Paris Saint-Germain dalam perebutan servis De Ligt. Pemain 19 tahun ini membawa Ajac ke semi-final Liga Champions musim lalu sebagai kapten, juga membantu Belanda ke final Nations League setelah mencetak gol dalam kemenangan semi-final atas Inggris.
Pemain yang beroperasi di jantung pertahanan ini juga membukukan gol kemenangan timnya di perempat-final Liga Champions atas Juventus, untuk mengirim kampiun Eredivisie tersebut ke empat besar kompetisi untuk pertama kali sejak 1997. Dan, kepada Corriere dello Sport Capello mengatakan, Juve tak akan menemui kesulitan berarti untuk mengunci Scudetto kesembilan beruntun andai sukses mendaratkan pemain idaman mereka.
“Jika Juve merekrut De Ligt maka semuanya berakhir. Lagi. Dan kita secara langsung pergi ke musim berikutnya,” ujar Capello.
“De Ligt adalah bek terbaik di sana. Ia memungkinkan Anda bertahan dengan dua, membebaskan bek sayap, seperti yang ia lakukan di Ajax.
“Dengan dia, Juve akan mendapat hadiah utama. Tanpa dia, ini bisa membantu yang lain lebih dekat.
“Biar saya perjelas. Ketika saya bicara soal tim lain, saya merujuk pada Napoli dan Inter. Milan, Roma dan Lazio tidak akan berpartisipasi di persaingan gelar karena penundaan teknik dan masalah finansial.”
Jakarta - Matthijs de Ligt dikabarkan sudah menjalin kesepakatan kontrak secara pribadi dengan Juventus. Bianconeri menyodorkan kontrak lima tahun.
Kabar kesepakatan Juventus dan De Ligt sudah terjalin diklaim oleh Sky Sport Italia, The Guardian, dan beberapa media top Eropa lainnya. De Ligt nantinya bakal menerima upah sebesar 12 juta euro (Rp 193 miliar) per tahun, sudah termasuk dengan bonus.
Sky Sport Italy juga melaporkan bahwa Juve memasukkan klausul rilis dalam kontraknya. Jika ada klub yang tertarik menebus De Ligt, maka harus siap mengeluarkan uang sebesar 150 juta euro.Setelah kesepakatan pribadi terjalin, kini Juve tinggal menuntaskan urusan dengan Ajax Amsterdam selaku klub pemilik De Ligt. Juve sejauh ini dikabarkan bakal menebus bek 19 tahun itu dengan harga 70 juta euro (Rp 1,1 triliun).
Pada saat yang sama, Football Italia menyampaikan berdasarkan laporan dari Prancis dan Spanyol bahawa Paris Saint-Germain dan Barcelona tidak mempersiapkan tawaran baru untuk bek 19 tahun itu. Hal tersebut dikarenakan De Ligt sudah menetapkan hati pada Juve.
Kurang gmna trit nya om antrono???
chiesa pesimis om..fiorentina nahan banget, kcuali pemain yg mnta jual, hampir susah dapet chiesa
nah ane pribadi masih beranggapan chiesa masih se tarag ma Kean
Wah, untung di summon.
Nungguin dr kmrn2, gatel pengen posting berita yg udah dpt.
Originally Posted by Phantom13
Kurang gmna trit nya om antrono???
chiesa pesimis om..fiorentina nahan banget, kcuali pemain yg mnta jual, hampir susah dapet chiesa
nah ane pribadi masih beranggapan chiesa masih se tarag ma Kean
Iyo, Chiesa emang susah, tapi Juventus yg saya dngr udah melayangkan tawaran yg ke 2x spy Fiorentina goyah.
Seru2 yak bursa transfer musim panas taon ini, saling sikut2an, saling cpt2an, saling adu harga.
De Light dah dpt, ga tau nih Pogba, kabarnya msh kencang.
Edan nih musim depan, CR7 bakal dimanjain bngt. Musim kmrn aja dimanjain bngt dngn pemain seadanya msh bisa produktif, gmn musim depan.
Akhirnya Juventus beli pemain Belanda lg, setelah jamannya Edgar David.
Saya pribadi sih, ga peduli dngn Scudetto, bnr an dah, dpt Scudetto atau ga bnr2 ga masalah.
Cuma UCL doang pengennya, moso di final kalah molo.
Ga peduli kata orng tentang kiprah Juventus di UCL, toh emang Juventini kebanyakan haus gelar UCL.
Ga sabar jg nunggu taktik Sarri di 3 bulan pertama sebelum UCL, bakalan gmn.
Sayang Cancelo udah di M.City, padahal dia udah masuk dlm salah satu pemain favorit saya di Juventus.
Semoga Bernardeschi masuk dlm starter-nya Sarri, nih pemain termasuk favorit saya setelah Pjanic.
Berita Juventus diluar sana adem bnr ya tentang Pjanic.
Emang ga akan tergantikan dia di lini tngh Juventus, Sarri pun suka dngn Pjanic.