Bowerman Nose. ©2014 Merdeka.com/Panoramio

Merdeka.com - Ada banyak cerita tentang kutukan. Cerita seperti itu biasanya berkembang di daerah tertentu, diwariskan dari generasi ke generasi. Bisa jadi cerita tutur tersebut benar, tetapi bisa juga sekadar mitos yang enggak bisa dinalar. Seperti kisah orang-orang yang dikutuk menjadi batu di sejumlah negara, termasuk di Indonesia.

Namun demikian, kisah-kisah tersebut justru menjadi daya tarik bagi orang-orang untuk berkunjung ke tempat-tempat tersebut. Taak jarang mereka datang karena untuk berwisata dan menikmati keindahan tempat tersebut, sekaligus mengobati rasa penasaran dengan kisah-kisahnya.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut kisah batu yang berasal dari kutukan yang berada di dunia salah satunya berada di Indonesia.

1. Bowerman's Nose, Inggris



Bowerman's Nose adalah susunan batu granit kuno Dengan tinggi menjulang 6,6 meter. Jika dilihat dari sudut tertentu tumpukan batu ini tampak seperti sosok manusia bertopi. Cerita mistis tentang batu ini berkembang di kalangan masyarakat setempat dan dunia.

Bowerman adalah nama seorang pemburu yang tinggal di sekitar Dartmoor seribu tahun lalu. Bowerman memiliki anjing pemburu. Menurut cerita, Bowerman dan anjingnya memasuki daerah kekuasaan para penyihir yang sedang melakukan ritual keramat. Salah satu peliharaannya itu kemudian menumpahkan kuali yang digunakan para penyihir untuk ritual. Penyihir itu tidak terima lalu mengutuk mereka semua menjadi batu.


2. Tebing Three Sisters, Australia



Tebing Three Sisters atau Tiga Saudari masuk ke kawasan Taman Nasional Blue Mountains di New South Wales, Australia. Ada legenda Suku Aborigin di balik tiga tebing ini. Ribuan tahun lalu hiduplah tiga gadis Aborigin bernama Meehni, Wimlah dan Gunnedoo. Ketiga kakak adik dari suku Katoomba ini menjalin cinta dengan pemuda dari suku Nepea.

Pernikahan antara suku Katoomba dan Nepea tak dibolehkan secara hukum adat. Untuk melindungi tiga gadis itu dari ancaman suku lain, tetua suku Katoomba mengubah mereka menjadi tebing batu. Niatnya hanya sementara, hingga peperangan berakhir. Namun sang tetua suku tewas dalam sebuah pertempuran. Tak ada lagi yang mampu membebaskan Meehni, Wimlah dan Gunnedoo dari mantra itu. Selamanya mereka menjadi tebing batu di Blue Mountains.


3. Kota batu Kuklica



Kota batu berada di Desa Kuklica, dekat Kratovo di Republik Makedonia, menurut legenda setempat, seperti dikutip dari The Vintage News, diceritakan hidup seorang tukang batu di desa Kuklica yang menikahi dua gadis. Gadis pertama cantik, tapi miskin. Sementara perempuan kedua kaya raya, namun wajahnya biasa saja.

Lalu, dia memutuskan untuk menikahi keduanya pada hari yang sama, tapi pada waktu berbeda. Si tukang batu memutuskan menikahi perempuan kaya terlebih dahulu. Sial baginya, musik yang dimainkan di pesta perkawinannya yang pertama terdengar hingga ke dataran tinggi. Sang gadis marah saat melihat calon suaminya sedang menikahi perempuan lain. Murka, ia pun mengeluarkan kutukan yang akhirnya mengubah siapapun yang ada di sana jadi batu.

Area yang diyakini sebagai lokasi perkawinan kini dikenal sebagai 'The Merry Wedding' karena batu si mak comblang terlihat sedang tersenyum, sementara pasangan pengantin dalam posisi berdekatan.


4. Malin Kundang, Sumatera Barat



Legenda Malin Kundang berkisah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu. Sebentuk batu di pantai Air Manis, Padang, konon merupakan sisa-sisa kapal Malin Kundang.

Menurut cerita dari masyarakat setempat, Malin Kundang meninggalkan ibunya untuk berlayar. Bertahun-tahun dia berlayar sampai akhirnya dia menjadi kaya raya dan menikah. Setelah itu dia kembali ke kampung halamannya dan bertemu ibunya, namun dia tidak mau mengakui wanita tua itu sebagai ibunya.

Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata 'Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu'. Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang.

Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama kelamaan akhirnya menjadi sebuah batu karang.