Ramadan memang bulan penuh ampunan, tapi banyak dari kita yang lupa
dan tenggelam dalam aktivitas-aktivitas yang justru enggak ada konteksnya
dengan mencari ridho Allah SWT di bulan suci Ramadan. Apalagi ini
adalah 3 hari terakhir Ramadan.


Kadang kita lupa, kalau kebutuhan kita – seperti pangan, sandang, papan –
pada hakikatnya cukup saja terpenuhi.Makan secukupnya, tidur secukupnya,
kebutuhan hidup secukupnya. Karena, yang berlebihan itu tidak baik.


Padahal, puasa sudah mendidik kita untuk mampu menahan diri. Bukan hanya menahan hawa nafsu kita untuk makan dan minum saja, tetapi juga mengendalikan diri melawan nafsu amarah, dan hawa nafsu lainnya, seperti berbelanja. Berbelanja yang berlebihan adalah perilaku konsumtif, tanpa memikirkan “apakah kita butuh barang/makanan sebanyak ini?”, “apakah nanti terpakai?”, atau “apakah ini akan dicatat di catatan amal kebaikan kita nanti?”.


Ramadan dan Lebaran,


Bukan Waktu untuk Konsumtif


Tapi Perbanyak Amalan


Kadang kita khilaf saat bulan Ramadan, pengeluaran kita kok jadi lebih besar dan lebih tinggi daripada pengeluaran di luar bulan Ramadan, kecuali kalau biaya pengeluaran itu untuk shadaqah. Kita lebih banyak menyibukkan diri dengan belanja baju baru, cemilan, berbelanja makanan berbuka yang melebihi kapasitas kita untuk memakannya, dan kita lebih sibuk melakukan aktivitas duniawi lainnya, daripada melakukan amalan puasa.


Dengan sikap kita yang konsumtif pun, akibatnya THR hanya numpang lewat. Padahal memang selain kita wajib bayar zakat (pastinya Agan yang Muslim tidak lupa membayar zakat fitrah), kita bisa menyisihkan dana THR untuk orang tua kita, sedekah ke anak-anak yatim, atau berdonasi yang kini banyak dilakukan yayasan maupun instansi tertentu.


Kalau kita bisa tarik alasan di balik kenapa kita bisa konsumtif di bulan puasa dan menyambut Lebaran, mungkin kita bisa memperbaiki perilaku ini.


Apa Sih yang Membuat Kita Konsumtif di Bulan Ramadan?


Jawabannya: Serba Takut



Faktor kenapa kita kalap, bisa karena kita banyak takutnya. Takut harga barang melonjak, takut harga BBM naik, takut stok barang kosong di pasaran, takut kelaparan, dan kurang nutrisi saat berpuasa, takut dicap kurang stylish saat Lebaran, takut dikira kurang sukses berkarier, dan seterusnya, adalah sederet ketakutan yang menyelimuti sebagian orang saat Ramadan dan menjelang Lebaran.


Harga barang melonjak pun karena sikap kita juga. Ingat kan prinsip ekonomi? Kalau permintaan pasar akan suatu barang meningkat, maka harga dari barang tersebut juga akan ikut naik. Inilah mengapa harga-harga barang di pasaran jadi lebih mahal saat Ramadan dan Idul Fitri tiba. Sebesar apapun usaha pemerintah menekan harga bahan-bahan kebutuhan di pasar, fenomena ini tetap akan terjadi.


Akan lebih baik ketakutan itu kita alihkan untuk melakukan amal-amal baik selama Ramadan. Takut kalau Ramadan kali ini, adalah Ramadan terakhir kita, lalu amalan apa yang bisa dibawa menghadap-Nya? Takut melewatkan banyak pahala yang sudah tersedia bagi umat-Nya yang berlomba-lomba dalam kebaikan.